INFORMASI

Keajaiban Keropak Seikhlasnya

Keajaiban Keropak Seikhlasnya

Oleh KPM Surabaya | 29 Dec 2014

"Saya enggak pakai cash flow. Kalau saya bisnis bener, saya sudah ribut dengan bagian keuangan kali," kata Ridwan Hasan Saputra, presiden direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM), berkelakar.

Dari mengajar sendiri pada 2003, Ridwan Hasan Saputra (39 tahun) kini dibantu 25 staf dan lebih dari seratus pengajar. Berapa biaya yang mesti KPM keluarkan untuk menggaji mereka? Ridwan mengaku tak tahu persis angkanya. Namun, seratusan juta rupiah per bulan sudah pasti.

Dari mana Ridwan mendapatkan dana operasional itu? Lagi-lagi, Ridwan tak bisa menjawab pasti. Yang Ridwan yakini, beribadah merupakan cara terbaik mendatangkan rezeki. Dalam pandangan Presiden Direktur KPM ini, tugas manusia adalah memperbanyak ibadah, bukan mencari uang.

Agar rezeki bertambah besar, maka 'wadah' penampung rezeki itu pun harus besar supaya bisa menampung tambahan rezeki. Untuk memperbesar 'wadah' itu, harus mendekat dengan memperbanyak ibadah. Dengan bekerja dan beribadah, rezeki itu akan tumpah dengan sendirinya. "Semakin besar wadahnya, semakin besar saya bisa menampung rezeki," kata Ridwan.

Namun, Ridwan menolak anggapan dirinya bekerja. Dia lebih suka mengistilahkan apa yang dilakukannya melalui KPM itu sebagai bentuk rasa terima kasihnya kepada Allah karena telah dikaruniai ilmu matematika. Dengan bersyukur, Allah akan tambah nikmat-Nya. "Soal uang, asli saya enggak mikir," katanya.

Lagipula, dalam pandangan Ridwan, orang yang kaya bukanlah yang banyak hartanya. Ridwan pun berfilosofi, orang akan lebih percaya menitipkan sesuatu kepada orang yang tidak menyukai sesuatu itu supaya barang itu aman. "Begitupun rezeki, Tuhan akan menitipkannya kepada mereka yang tidak menyukai harta,” kata pria kelahiran Bogor ini. Baginya, ada saja cara Tuhan memberi rezeki, yang membuat lembaga binaannya terus berkembang hingga menginjak tahun kesepuluh.

Terkadang, Ridwan terpaksa berutang, seperti dua ruko yang kini dia sewa, masih berstatus utang Rp 2 miliar. Dia mengaku belum tahu akan melunasinya dengan cara apa. "Saya sudah enggak pakai otak memikirkan uang. Kalau pakai otak, saya sudah selesai dari dulu. Saya berdoa saja pada Tuhan, 'Tuhan, saya berbuat untuk menegakkan kalimat-Mu, masak engkau hinakan aku'," begitu Ridwan berdoa.

Rumah tipe 21 yang dia punya di Jalan Cempedak Raya, Kompleks Taman Pagelaran, Ciomas, Bogor, kini sudah menjadi salah satu tempat belajar-mengajar. Ada rezeki tambahan, dia beli rumah tipe yang sama di sebelahnya. Jadilah dua rumah itu kini menjadi kantor. Ridwan pun rela bersama keluarganya menjadi kontraktor alias berpindah-pindah tempat kontrakan.

Hingga KPM punya cabang di Surabaya, Solo, Semarang, Depok, dan Tangerang, Ridwan mengaku gampang-gampang susah menemukan mitra yang sevisi. Apalagi, cabang KPM itu bukanlah franchise atau kantor cabang yang wajib setor ke KPM pusat di Bogor. Dia hanya melatih gurunya, membuka cabang, lalu silakan membiayai sendiri. Kalau butuh bantuan, dia siap membantu.

Namun, cabang-cabang itu tidak ada kewajiban membayar apa pun ke KPM pusat di Bogor. Yang ada, mereka hanya pesan buku silabus ajar. "Saya harus mencari orang dengan frekuensi yang sama. Bisnis ini kita kerjanya dengan Allah, ya sudah, Allah yang memberi kita. Tapi, tidak semua orang memahami itu," katanya.

Belum lagi jika KPM menggelar lomba di kalangan internal. Semuanya didanai melalui uang yang setiap dua pekan dibuka dari keropak, istilah kantong kencleng dalam bahasa Sunda. Dana dari seluruh keropak yang ada diakumulasi dalam sebulan.

Kendati hanya meminta imbal jasa seikhlasnya, manajemen keuangan tetap berjalan profesional. Para staf dan pengajar mendapatkan gaji yang mengacu pada upah minimum kota (UMK). Salah satu orang tua siswa yang tinggal di Depok, Jawa Barat, mengaku membayar biaya les anaknya ke keropak sekali dalam sebulan. Besarannya mengacu pada biaya les di bimbingan lain. n c54

***

Sang Pengajar

Nama   : Ir R Ridwan Hasan Saputra, MSi

Tempat/tanggal lahir   : Bogor, 16 April 1975

Aktivitas harian   :

* Mengajar siswa berbakat di Klinik Pendidikan MIPA, melatih guru di berbagai daerah dan di luar negeri, pembuat soal dan juri pada kompetisi di dalam dan luar negeri. Semua aktivitas ini dilakukan dengan sistem seikhlasnya.

* Pembina olimpiade matematika tingkat nasional dan internasional untuk SD dan SMP.

Penghargaan :

Satya Lencana Wira Karya dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2007.

Sumber: KPM Pengolah: nur hasan murtiaji

 

 

 

Dari Ciomas untuk Indonesia

16 April 2001

Ridwan Hasan Saputra mendirikan Klinik Pendidikan MIPA (KPM). Peserta dikenakan biaya. Murid dua orang.

Februari 2003

KPM tak mengenakan tarif kepada peserta didik. Ridwan hanya menyediakan keropak dan siswa hanya dikenakan biaya seikhlasnya. Murid cuma dua orang.

2007

Empat anak didik KPM ikut lomba Olimpiade Matematika tingkat SD di India.

April 2012

Murid sudah 1.000 orang. Ada 13 karyawan, 60 guru tetap dan freelance, lulusan dari berbagai perguruan tinggi.

April 2014

Murid 2.500 orang, dengan 1.100 siswa masuk kategori kelas khusus. Ada 25 karyawan dan seratus staf pengajar.

***

Prestasi KPM di Olimpiade Matetika

Tahun     2008   2009   2010   2011   2012   2013   Total

Gold           2          21  8       22         23     21     95

Silver         4          2        2       49          52     41     146

Bronze      15        49    54     87          57     51     298

Merit          0           2     62     57          72     102   295

sumber : http://pusatdata.republika.co.id/detail.asp?id=733452